Monday, December 5, 2011

Xylitol Efektif Kurangi Risiko Gigi Berlubang

Melakukan edukasi kesehatan gigi dan mulut tidak harus dengan cara yang membosankan, apalagi menakutkan, melainkan dapat dilakukan pendekatan dengan cara akrab dan menyenangkan khususnya jika dilakukan pada anak-anak, misalnya dengan pertunjukan boneka (puppet show). Hal itu yang dilakukan oleh Lotte Xylitol dalam memasyarakatkan pentingnya menjaga kesehatan gigi, khususnya mengenai masalah gigi berlubang alias karies gigi di hadapan siswa SD Muhammadiyah 06 Tebet Timur Jakarta, baru-baru ini.

Dalam pertunjukan boneka tampak adegan monyet yang sakit gigi akibat gigi berlubang. Salah seorang siswa bertanya pada monyet tersebut mengapa giginya berlubang. Sang monyet sambil mengaduh (yang tentu saja diperankan oleh dalang boneka) menjawab, "Saya nggak pernah sikat gigi."

Jawaban polos itu mengundang tawa para siswa SD, yang kemudian saling melihat kondisi gigi satu sama lain. Tidak hanya pertunjukan boneka, edukasi juga dilakukan melalui wahana permainan interaktif, menggambar serta mewarnai, dilanjutkan pemeriksaan gigi gratis.

Badai S Kristanto, Marketing Senior Manager PT Lotte Trade & Distribution mengungkapkan edukasi secara interaktif dua arah untuk menyampaikan pentingnya merawat kesehatan gigi kepada siswa SD, antara lain melalui pertunjukan boneka, dilakukan untuk meningkatkan kepedulian kesehatan gigi dan mulut kepada para siswa sejak dini. "Edukasi serupa pernah kami lakukan pada 2009, namun yang beda pada tools-nya. Kali ini kami mencoba lebih interaktif, antara lain melalui karakter animasi, dengan target menjangkau 10.000 anak di area Jabodetabek," kata Badai dalam jumpa media di Jakarta sebagai rangkaian School Tour ke SD Se-Jabodetabek dengan tema “Duniaku, Dunia Bebas Karies Gigi” yang dijadwalkan berlangsung 27 September - 27 Oktober 2011.

Masalah kesehatan gigi, khususnya gigi berlubang masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan hampir 80% penduduk Indonesia mengalami karies gigi. Badai menuturkan, berdasarkan hasil survei dari beberapa sekolah yang telah didatangi Lotte Xylitol, dari 6.183 siswa yang telah dijaring, hanya 50% yang menyikat gigi dua kali sehari dengan benar. Dari survei juga terungkap hanya 38% siswa yang menjaga pola makan yang baik, 37 persen mendatangi dokter gigi enam bulan sekali, dan 60% memiliki karies gigi.

Menurut data Riskesdas Kementerian Kesehatan (2009), hanya 8,9 persen penduduk yang tidak menyikat gigi, atau sebanyak 91,1% sudah menyikat gigi. Sayangnya dari jumlah tersebut hanya 7,3% orang yang menyikat gigi sesuai anjuran yakni sesudah sarapan dan sebelum tidur malam. Akibatnya, rata-rata ada lima gigi yang rusak pada tiap penduduk. Bahkan penyakit gusi dialami hingga 70,2%.

Menurut situs kesehatan WebMD.com, kerusakan gigi terjadi karena kerusakan struktur gigi dan dapat mempengaruhi baik enamel (lapisan luar gigi) dan lapisan dentin gigi. Pembusukan gigi terjadi ketika makanan yang mengandung karbohidrat (gula dan zat tepung) seperti roti, sereal, susu, soda, buah-buahan, kue, atau permen yang tersisa pada gigi. Bakteri yang hidup di mulut mencerna makanan ini, mengubahnya menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan air liur bergabung untuk membentuk plak, yang menempel di gigi. Asam dalam plak melarutkan permukaan enamel gigi, membuat lubang di gigi yang disebut gigi berlubang, atau karies.

Gigi berlubang merupakan proses pembusukan pada gigi yang menimbulkan lubang pada gigi. Sedangkan radang gusi merupakan proses infeksi pada jaringan sekitar gigi, yang mengakibatkan gigi menjadi goyah dan tanggal dengan sendirinya. Dr. Tri Erri Astoeti, drg, M.Kes dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, mengakui masalah gigi berlubang menjadi tantangan tersendiri untuk ditangani. "Prevalensi karies di Indonesia mencapai 60-80% dari populasi, serta menempati peringkat keenam sebagai penyakit yang paling banyak diderita. Jika tak ditangani dengan baik, penyakit gigi dapat menurunkan produktivitas, menjadi sumber infeksi bahkan bisa mengakibatkan atau memperparah beberapa penyakit sistemik," ujar Erri dalam kesempatan yang sama. "Penyebab gigi berlubang dan penyakit radang gusi adalah plak, yaitu endapan lunak yang menutupi dan melekat pada permukaan gigi, terdiri atas aneka ragam bakteri."

Lebih lanjut Erri menjelaskan, karies gigi atau gigi berlubang terjadi karena adanya pengikisan email gigi oleh bakteri penyebab gigi berlubang, yaitu Streptoccocus mutans, yang mengubah sisa-sisa makanan yang tersisa pada gigi, khususnya karbohidrat, menjadi senyawa asam. "Senyawa asam inilah yang mengikis lapisan email gigi dan menghilangkan mineral-mineral yang ada di gigi sehingga terjadi proses demineralisasi, yaitu hilangnya mineral dari lapisan gigi," ujar Erri.

Menyikat gigi merupakan proses pembersihan gigi yang rutin dilakukan orang. Sayangnya, banyak sisa makanan di daerah sela gigi yang tidak terjangkau oleh sikat gigi. Makanya tidak jarang dijumpai orang yang rajin menyikat gigi tetapi giginya tetap berlubang dan gusinya meradang.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa mengunyah permen karet mampu membantu membersihkan permukaan gigi dari sisa-sisa makanan. Selain itu, pada anak-anak mengunyah permen karet membuat tulang dan otot beraktivitas sehingga mendorong tumbuh kembang tulang dan otot di sekitar mulut. Saat ini mengunyah permen karet telah berkembang menjadi bagian budaya manusia.

Berbagai uji klinis telah membuktikan bahwa xylitol secara bermakna dapat mengurangi risiko karies gigi, penggunaannya telah didukung oleh lebih dari 17 asosiasi kesehatan gigi dunia. WebMD mengungkap bahwa mengunyah permen karet yang mengandung xylitol dapat menghambat sementara pertumbuhan bakteri yang menyebabkan pembusukan gigi. Sedangkan Pusat Studi Saliva Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti telah melakukan penelitian dan membuktikan bahwa mengunyah permen karet yang mengandung xylitol 3 kali sehari mampu menstabilkan keasaman plak gigi serta menurunkan kuantitas plak gigi.

“Masalah gigi berlubang dapat diatasi dengan cara mengontrol terbentuknya plak gigi dan memperlambat proses maturasi (pematangan) plak gigi yang biasanya merupakan proses awal dari penyakit gigi dan mulut seperti gigi berlubang dan radang gusi. Berdasarkan penelitian kami, mengunyah permen karet yang mengandung xylitol mampu mengurangi kuantitas plak gigi yang mengurangi risiko terbentuknya lubang pada gigi,” ujar Erri.

Xylitol merupakan pemanis alami dengan kadar kalori 40 persen lebih rendah dari gula pasir namun memiliki tingkat kemanisan yang sama. Bakteri S. mutans mampu bertahan hidup karena memanfaatkan energi dari sisa makanan di mulut yang akan diubah sebagai asam. "Saat kita mengunyah permen karet xylitol yang tidak mengandung gula, kuman S. mutans tidak dapat memetabolisme xylitol sehingga tak mendapatkan energi. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, kuman tersebut bisa mati dan tak mampu berkembang biak," ujar Erri.

Berbagai penyakit yang terkait dengan masalah kesehatan gigi, antara lain:
1. Stroke. Penyakit gusi dapat meningkatkan risiko stroke lebih dari 50% pada usia 25-54, berdasar studi yang dilakukan pada 800 penderita stroke.
2. Diabetes. Penderita diabetes memiliki kemungkinan 3 kali lipat mengalami penyakit gusi. Begitu pula mereka yang mengalami sakit gusi dapat menderita diabetes.
3. Penyakit jantung. Sejumlah studi mengungkapkan adanya hubungan antara penyakit gusi dan jantung. Hal ini diindikasikan bahwa risiko fatal dari penyakit jantung mencapai dua kali lipat lebih tinggi pada penderita gusi parah.
4. Kelahiran prematur. Bukti terakhir mengindikasikan bahwa wanita hamil dengan penyakit gusi parah memiliki kecenderungan 7 kali lipat memiliki bayi lahir prematur.
Erri menggarisbawahi dan menekankan pentingnya menyikat gigi 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur serta pemeriksaan rutin ke dokter gigi mengingat kesehatan gigi memainkan peran vital bagi kesehatan organ tubuh lainnya. “Kesehatan gigi yang berkualitas akan berdampak pada tubuh yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Merawat kesehatan gigi pada anak-anak penting dilakukan mengingat hal ini terkait dengan tumbuh kembang mereka. Bayangkan, anak-anak yang giginya bermasalah, seperti berlubang yang mengakibatkan sakit gigi, pasti tidak optimal dalam belajar. Bahkan mungkin harus absen karena sakit gigi. Hal ini akan berpengaruh pada prestasi si anak," lanjut Erri.

Tips Mencegah Gigi Berlubang

Sejumlah cara dapat dilakukan untuk mencegah munculnya gigi berlubang, antara lain:
1. Menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, dengan cara dan waktu yang pas, yaitu setelah makan dan sebelum tidur malam.
2. WebMD menyarankan konsumsi makanan bergizi dan seimbang, batasi makanan ringan. Hindari karbohidrat seperti permen, atau makanan yang bisa menempel pada permukaan gigi. Jika makanan lengket yang dimakan, sikat gigi segera setelah itu.

3. Kurangi konsumsi makanan manis. Gantilah camilan manis dengan camilan yang lebih sehat, misalnya buah dan kacang-kacangan. Usahakan mengonsumsi makanan manis bersamaan dengan waktu makan, sehingga bisa dibersihkan dengan menyikat gigi setelahnya.

4. Untuk balita, hindarkan memberikan susu dalam botol/dot sebagai pengantar tidur. Sisa susu yang tidak dibersihkan saat tidur bisa menjadi 'sumber makanan' kuman penyebab gigi berlubang.

5. Untuk ibu hamil, biasakan mengonsumsi makanan bergizi, sebab benih gigi bayi sudah terbentuk saat kehamilan trimester pertama.

6. Periksakan kondisi gigi secara teratur 6 bulan sekali ke dokter gigi, bahkan saat tak mengalami gejala sakit gigi.

7. Minum air fluoride. Setidaknya setengah liter air mengandung fluoride setiap hari diperlukan untuk melindungi anak-anak dari kerusakan gigi, menurut WebMD.

8. Kurangi risiko karies gigi dengan mengunyah permen karet yang mengandung xylitol minimal 50% dari total pemanis yang digunakan. Dianjurkan 2 butir setiap kali konsumsi, 5 kali sehari setelah makan dan sesudah sikat gigi.

"Pencegahan lebih baik untuk dilakukan dibandingkan mengobati. Oleh karena itu, rawatlah kesehatan gigi, mulut dan gusi sejak dini. Tidak sakit gigi bukan berarti tidak ada gangguan pada gigi. Kadang gigi berlubang tak menimbulkan rasa sakit. Jangan abaikan gigi berlubang, karena menjadi pintu masuk penyebab kuman sistemik," pungkas Erri. (go4healthylife.com)
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management