Tuesday, December 6, 2011

Ortodonti Atasi Maloklusi

Maloklusi gigi atau kelainan kontak pada gigi rahang atas dan bawah yang tidak diperbaiki dengan tetap dan sejak dini akan menyebabkan kelainan pada fungsi-fungsi lain. Posisi gigi yang berjejal misalnya, menyebabkan bakteri berkembang biak di daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan sikat gigi. Jaringan penunjang gigi seperti gusi pun dapat rusak. Kondisi lebih berat akibat maloklusi adalah kerusakan pada sendi temporo mandibula (sendi antara tulang rahang rahang dan tulang wajah) yang bisa menimbulkan sakit kepala yang terus menerus atau masalah pencernaan.

Kelainan oklusi pada umumnya terjadi akibat faktor bawaan yang antara lain termasuk gigi berjejal, ruang atau celah antar gigi, kelebihan atau kekurangan gigi, celah bibir dan langit, serta kelainan pada rahang dan muka. Namun, maloklusi juga bisa ditimbulkan oleh kebiasaan buruk atau faktor lain, seperti kebiasaan menghisap jari tangan sejak lecil, kebiasaan menjulurkan lidah, atau kondisi pasca kecelakaan yang melibatkan bagian muka, kehilangan gigi terlalu dini, dan banyak faktor lainnya.

Prof. Dr. Eky Soeria Soemantri, SpOrt, mengatakan untuk mengatasi maloklusi biasanya melibatkan banyak faktor dan membutuhkan perawatan khusus dengan menggunakan alat-alat ortodontik seperti  alat cekat atau braces. "Tidak ada batasan umur dalam pemakaian alat cekat ini," ujar Ketua Ikatan Ortodonti Indonesia ini. Pemakaian alat cekat pada anak dan remaja umumnya  untuk memperbaiki penampilan/estetis. Sebaliknya, orang dewasa memakai alat cekat lebih untuk memperbaiki fungsi pengunyahan.

Sebelum pemasangan alat cekat akan dilakukan pemeriksaan keadaan kesehatan gigi dan mulut terlebih dahulu. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara klinis, pencetakan model gigi, pengambilan x-ray panoramik untuk melihat keadaan gigi dan cephalometry untuk melihat kelainan tengkorak. Setelah itu dilakukan pembersihan karang gigi, perbaikan gigi yang berlubang karena karies. Seringkali diperlukan pencabutan gigi untuk menyediakan ruangan sebagai persiapan awal pemasangan cekat.

Ada dua macam alat cekat yang digunakan, yaitu yang dipasang di bagian luar gigi dan yang dipasang di bagian dalam gigi. Di bagian luar gigi, alat cekat tersebut ada yang terbuat dari metal dan ada yang transparan. Selain alat cekat, untuk memperbaiki maloklusi ada juga yang disebut alat lepasan. Alat lepasan kebanyakan digunakan pada anak-anak yang gigi tetapnya belum tumbuh semua tetapi perlu dilakukan perawatan. Misalnya pada kasus kelainan skeletal dan untuk menghentikan kebiasaan buruk pada anak.

Semua alat cekat tersebut sama fungsinya dalam memperbaiki maloklusi. Namun, alat cekat yang dipakai di bagian dalam gigi, secara estetika tidak kelihatan mengganggu, tetapi lebih susah pemakaiannya.

Setelah alat cekat selesai dipasang, pasien dianjurkan untuk meneruskan perawatan gigi dengan memakai alat lepasan selama 1 tahun. Maksud pemakaian alat lepasan ini adalah untuk menjaga agar hasil yang dicapai tidak berubah. Waktu kontrol alat cekat maupun alat lepasan berkisar 3 sampai 6 minggu.

Terkadang, pada pasien dengan kelainan skeletal, selain pemasangan alat cekat juga harus dilakukan operasi tulang rahang. Kelainan rahang yang tidak diperbaiki akan mengganggu pengunyahan, percakapan, dan penampilan pasien.

Dalam sosialisasi acara 3rd Bali Orthodontic Conference and Exhibition sekaligus Kongres Nasional Ikatan Orthodontis Indonesia (Ikorti)  ke-7 yang akan diadakan19-21 Juni 2008 nanti, Eky mengakui mahalnya alat cekat yang kerap digunakan dalam aplikasi ilmu ortodonti. Teknologi pembuatan braces mahal, katanya, karena Indonesia belum dapat membuat campuran logam yang dibutuhkan. Selain itu diperlukan pembuatan master braces, karena derajat angulasi setiap gigi yang berbeda.

Selain itu, Eky mengingatkan bahwa untuk melakukan praktik-praktik terapi ortodonti, harus dilakukan oleh dokter gigi yang memiliki spesialis ortodonti. Ia tidak menampik bahwa banyak praktik-praktik ortodonti dilakukan oleh dokter yang tidak memiliki kompetensi ortodonti. Hasilnya, terkadang malah membawa akibat yang lebih buruk pada pasien hingga memerlukan perawatan yang lebih sulit. Untuk itu, pasien harus menggunakan haknya untuk bertanya dan memilih dokter yang paling sesuai dengan kondisinya.


www.majalah-farmacia.com
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management