Tuesday, December 6, 2011

Gara-gara dokter gigi, lubang kecil pada gigi jadi besar


Hal ini sering dikeluhkan oleh pasien yang pernah ditambal giginya. Umumnya mereka merasa lubang pada giginya hanya kecil, karena itu ingin ditambal sebelum bertambah besar. Namun sebelum ditambal oleh dokter gigi, lubang pada giginya dibor sehingga menjadi besar. Apakah benar demikian?
 

Karies (proses kerusakan gigi yang disebabkan karena rusaknya kristal pembentuk gigi) selalu dimulai dari permukaan gigi, umumnya pada permukaan dimana sisa makanan mudah terperangkap. Sisa makanan yang sulit dibersihkan ini akan dicerna oleh bakteri penghuni rongga mulut menjadi asam. Asam inilah yang kemudian perlahan-lahan menggerogoti kristal pembentuk gigi.

Bentuk kristal pembentuk email gigi adalah seperti piramida dengan puncaknya pada permukaan gigi. Karena itulah bentuk kerusakan yang terjadi akan mengikuti bentuk kristal, yaitu piramida, kecil di permukaan gigi dan membesar ke dalam.

Sebelum ditambal, bagian gigi yang sehat di permukaan gigi tapi keropos di dalam ini terpaksa harus diangkat. Hal ini harus dilakukan agar seluruh jaringan mati yang berada di bawahnya dan bakteri yang terperangkap di dalamnya bisa dibersihkan. Bila tidak benar-benar bersih, penambalan lubang akan sia-sia karena proses perusakan akan berlanjut lagi. Selain itu, tepi gigi yang menggantung akan mudah pecah karena daya kunyah dan mengakibatkan kebocoran tambalan.

Karena alasan itulah, tindakan dokter gigi sebelum menambal gigi memberi kesan memperparah lubang gigi. Sama sekali tidak bertujuan untuk menambah kerusakan gigi, tapi untuk mempersiapkan ruang yang memadai, bersih dan steril bagi bahan tambalan serta mencegah kebocoran tambalan di masa mendatang.

Agak berbeda bila karies terjadi pada gigi susu, karena bentuk kristal gigi berbeda dengan gigi tetap. Kristal pembentuk gigi susu berbentuk piramida terbalik. Karena itu bentuk lubang akibat karies pada gigi susu adalah lubang yang menganga. Tanpa perlu banyak mengambil jaringan gigi lagi, bahkan kadang-kadang cukup dibersihkan secara manual, tanpa bor, gigi susu sudah dapat ditambal.

Perawatan orthodonti

Perawatan orthodonti adalah perawatan yang sebagian besar dilakukan untuk memperbaiki posisi gigi-gigi yang dianggap tidak bagus, misalnya gigi yang berdesak-desakan atau gigi depan terlalu maju ke depan. Masih banyak lagi kasus-kasus yang dapat diatasi dengan perawatan orthodonti. Perawatan dimulai sejak persiapan ruangan untuk pergeseran gigi, bisa berupa pencabutan gigi maupun memperbesar ukuran rahang. Setelah ada ruangan, gigi-gigi yang bermasalah digeser dengan tenaga yang berasal dari tarikan kawat.



Usaha menarik gigi ke posisi yang baru ini ternyata tidak hanya berdampak pada gigi saja, tapi juga jaringan penyanggah gigi, yaitu gusi, tulang dan jaringan ikat di sekitar gigi. Jaringan penyanggah ini merupakan jaringan yang solid dan menyatu dengan gigi. Jadi meskipun ada gigi yang dicabut, tidak terlalu mudah ruangan bekas gigi yang dicabut itu diisi oleh gigi yang lain. Jadi selama pergeseran gigi ke tempat yang baru, harus ada penyusutan jaringan penyanggah untuk memberi jalan bagi pergeseran gigi. Sementara itu di bagian yang ditinggalkan harus tumbuh jaringan baru agar gigi tetap dapat tersanggah dengan baik.



Masalahnya muncul ketika besar daya tarikan kawat begitu besarnya, sehingga proses pergeseran gigi jauh lebih cepat daripada proses pembentukan jaringan baru pada penyanggah. Teknologi penciptaan alat orthodonti berkembang terus sehingga kecepatan pergeseran gigi dapat dibuat semakin cepat, namun kecepatan proses pembentukan jaringan secara alamiah tidak pernah berubah. Tidak ada teknologi yang dapat mempengaruhi proses alamiah itu. Bahkan, makin tua seseorang, proses itu akan makin melambat. Akibatnya, orang yang menggunakan alat orthodonti cekat sering mengalami gigi goyang.



Tentunya dapat dimengerti juga mengapa setelah gigi mencapai posisi yang diharapkan, harus ada retainer. Retainer ini gunanya untuk mempertahankan posisi yang telah dicapai, sampai proses pembentukan jaringan penyanggah gigi selesai. Waktunya bervariasi, tergantung usia dan besarnya pergeseran gigi, bisa 1, 2 atau 3 tahun. Selama jaringan penyanggah gigi belum bisa berfungsi sebagai penyanggah yang baik, retainer belum boleh dilepas. Secara umum dokter gigi biasanya menganjurkan penggunaan 24 jam sehari, kecuali waktu makan selama 2 tahun. Penghentian penggunaan retainer sebelum waktunya dapat mengembalikan gigi ke posisi semula seperti sebelum dirawat. Selain itu masih ada hal-hal lain lagi.

Gigi dalam rongga mulut sejak pertama kali berada di dalam mulut tidak pernah berdiri sendiri. Selalu tergantung pada gigi-gigi lainnya, baik gigi tetangga maupun gigi antagonisnya. Juga tergantung pada otot-otot wajah. Pada dasarnya, secara alamiah, posisi gigi-gigi di dalam mulut adalah posisi yang paling harmonis, meskipun mungkin tidak menarik. Artinya posisi inilah yang menentukan pola mengunyah, bentuk wajah, panjang otot di sekitar mulut. Bila diubah posisinya, maka semuanya juga berubah. Kalau posisi gigi-gigi baru setelah dirawat ternyata tidak harmonis, secara alamiah gigi-gigi akan berusaha kembali ke keadaan semula yang harmonis. Hal inilah yang membuat perawatan orthodonti tidak berhasil. Penyebabnya bisa karena rencana perawatan yang salah, sehingga alat yang digunakan tidak menghasilkan posisi yang tepat.

Perawatan orthodonti itu merupakan perawatan yang rumit, perlu direncanakan dengan cermat oleh dokter gigi. Ada perhitungan yang harus dilakukan pada ukuran-ukuran anatomis tulang-tulang wajah. Karena itu sebelum perawatan, harus dibuat foto rontgen cephalometri. Setelah selesai, harus dilakukan foto rontgen cephalometri lagi untuk mengevaluasi hasil perawatan. Bila foto rontgen tidak menujukkan hasil yang harmonis, berarti perawatan belum selesai . Berhati-hatilah mencari dokter gigi untuk melakukan perawatan orthodonti. Seringkali dokter tidak melakukan pembuatan foto rontgen foto pada akhir perawatan. Ini adalah hal yang gegabah.

Ada cara mudah untuk menguji apakah perawatan berhasil atau tidak. Katupkan rahang atas dan rahang bawah. Bila seluruh gigi depan dan belakang dapat berkontak bersama-sama, berarti perawatan berhasil. Percuma saja bila posisi ini tidak tercapai meskipun susunan gigi sudah rapi. Perawatan yang gagal, selain menyebabkan gigi kembali ke posisi semula, juga dapat menyebabkan perubahan letak persendian rahang bawah, perubahan panjang otot wajah bahkan ketegangan otot yang menyebabkan rasa sakit di kepala dan punggung.

Perawatan Ortodonti Interseptif Bagi Anak

Perawatan ortodonti interseptif adalah suatu perawatan ortodonti yang bertujuan untuk mencegah terjadinya maloklusi (susunan gigi yang tidak teratur atau berantakan) yang lebih parah dan menghilangkan maloklusi ringan yang sudah ada.

Berikut ini adalah beberapa contoh perawatan ortodonti interseptif:

Pemakaian space regainer.
Gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya biasanya akan menyebabkan ruangan yang ditinggalkannya mengalami penyempitan, sehingga benih gigi tetap yang ada di bawahnya akan kesulitan untuk erupsi dan cenderung untuk erupsi di luar lengkung gigi yang seharusnya.
space regainer
Normalnya gigi sulung tanggal akibat desakan gigi tetap yang ada di bawahnya. Gigi sulung dapat tanggal sebelum waktunya akibat berlubang yang mengharuskannya untuk dicabut, trauma, dan lain sebagainya.

Space regainer merupakan alat yang dapat digunakan untuk melebarkan kembali ruangan yang telah menyempit sehingga gigi tetap dapat erupsi dengan baik pada tempat yang seharusnya.


Perawatan serial ekstraksi.
Misalnya ada pasien usia 8 atau 9 tahun yang memiliki keluhan gigi bagian depan yang berjejal. Bila tidak segera dirawat susunan gigi yang tidak teratur tersebut akan bertambah parah nantinya. Kondisi ini dapat dihindari dengan perawatan serial ekstraksi.

Perawatan serial ekstraksi merupakan perawatan dengan cara mencabut gigi sulung secara berkala pada saat-saat tertentu sesuai dengan keperluan.


oral screen
Pemakaian oral screen.
Anak-anak yang memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut akan menyebabkan lengkung gigi dan rahang menyempit serta cenderung cembung ke depan atau istilah awamnya tonggos.

Kondisi ini dapat diatasi dengan penggunaan alat oral screen. Namun, sebelum dilakukan perawatan dengan menggunakan oral screen, penyebab kebiasaan bernafas melalui mulut ini harus dihilangkan.

Biasanya penyebab dari kebiasaan ini adalah adanya gangguan saluran nafas anak terutama pada bagian hidung. Akibat gangguan tersebut anak merasa lebih nyaman dengan bernafas melalui mulut. Gangguan saluran nafas hidung ini perlu ditindak lanjuti oleh spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan).


Pemakaian Oral Grid
Anak yang mempunyai kebiasaan mendorong gigi depan dengan lidah lama kelamaan akan menyebabkan gigi depan akan semakin maju ke depan (tonggos).

Kebiasaan buruk ini dapat diatasi dengan penggunaan grid dengan alat ortodonti lepasan.

www.infogue.com

Ortodonti Atasi Maloklusi

Maloklusi gigi atau kelainan kontak pada gigi rahang atas dan bawah yang tidak diperbaiki dengan tetap dan sejak dini akan menyebabkan kelainan pada fungsi-fungsi lain. Posisi gigi yang berjejal misalnya, menyebabkan bakteri berkembang biak di daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan sikat gigi. Jaringan penunjang gigi seperti gusi pun dapat rusak. Kondisi lebih berat akibat maloklusi adalah kerusakan pada sendi temporo mandibula (sendi antara tulang rahang rahang dan tulang wajah) yang bisa menimbulkan sakit kepala yang terus menerus atau masalah pencernaan.

Kelainan oklusi pada umumnya terjadi akibat faktor bawaan yang antara lain termasuk gigi berjejal, ruang atau celah antar gigi, kelebihan atau kekurangan gigi, celah bibir dan langit, serta kelainan pada rahang dan muka. Namun, maloklusi juga bisa ditimbulkan oleh kebiasaan buruk atau faktor lain, seperti kebiasaan menghisap jari tangan sejak lecil, kebiasaan menjulurkan lidah, atau kondisi pasca kecelakaan yang melibatkan bagian muka, kehilangan gigi terlalu dini, dan banyak faktor lainnya.

Prof. Dr. Eky Soeria Soemantri, SpOrt, mengatakan untuk mengatasi maloklusi biasanya melibatkan banyak faktor dan membutuhkan perawatan khusus dengan menggunakan alat-alat ortodontik seperti  alat cekat atau braces. "Tidak ada batasan umur dalam pemakaian alat cekat ini," ujar Ketua Ikatan Ortodonti Indonesia ini. Pemakaian alat cekat pada anak dan remaja umumnya  untuk memperbaiki penampilan/estetis. Sebaliknya, orang dewasa memakai alat cekat lebih untuk memperbaiki fungsi pengunyahan.

Sebelum pemasangan alat cekat akan dilakukan pemeriksaan keadaan kesehatan gigi dan mulut terlebih dahulu. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara klinis, pencetakan model gigi, pengambilan x-ray panoramik untuk melihat keadaan gigi dan cephalometry untuk melihat kelainan tengkorak. Setelah itu dilakukan pembersihan karang gigi, perbaikan gigi yang berlubang karena karies. Seringkali diperlukan pencabutan gigi untuk menyediakan ruangan sebagai persiapan awal pemasangan cekat.

Ada dua macam alat cekat yang digunakan, yaitu yang dipasang di bagian luar gigi dan yang dipasang di bagian dalam gigi. Di bagian luar gigi, alat cekat tersebut ada yang terbuat dari metal dan ada yang transparan. Selain alat cekat, untuk memperbaiki maloklusi ada juga yang disebut alat lepasan. Alat lepasan kebanyakan digunakan pada anak-anak yang gigi tetapnya belum tumbuh semua tetapi perlu dilakukan perawatan. Misalnya pada kasus kelainan skeletal dan untuk menghentikan kebiasaan buruk pada anak.

Semua alat cekat tersebut sama fungsinya dalam memperbaiki maloklusi. Namun, alat cekat yang dipakai di bagian dalam gigi, secara estetika tidak kelihatan mengganggu, tetapi lebih susah pemakaiannya.

Setelah alat cekat selesai dipasang, pasien dianjurkan untuk meneruskan perawatan gigi dengan memakai alat lepasan selama 1 tahun. Maksud pemakaian alat lepasan ini adalah untuk menjaga agar hasil yang dicapai tidak berubah. Waktu kontrol alat cekat maupun alat lepasan berkisar 3 sampai 6 minggu.

Terkadang, pada pasien dengan kelainan skeletal, selain pemasangan alat cekat juga harus dilakukan operasi tulang rahang. Kelainan rahang yang tidak diperbaiki akan mengganggu pengunyahan, percakapan, dan penampilan pasien.

Dalam sosialisasi acara 3rd Bali Orthodontic Conference and Exhibition sekaligus Kongres Nasional Ikatan Orthodontis Indonesia (Ikorti)  ke-7 yang akan diadakan19-21 Juni 2008 nanti, Eky mengakui mahalnya alat cekat yang kerap digunakan dalam aplikasi ilmu ortodonti. Teknologi pembuatan braces mahal, katanya, karena Indonesia belum dapat membuat campuran logam yang dibutuhkan. Selain itu diperlukan pembuatan master braces, karena derajat angulasi setiap gigi yang berbeda.

Selain itu, Eky mengingatkan bahwa untuk melakukan praktik-praktik terapi ortodonti, harus dilakukan oleh dokter gigi yang memiliki spesialis ortodonti. Ia tidak menampik bahwa banyak praktik-praktik ortodonti dilakukan oleh dokter yang tidak memiliki kompetensi ortodonti. Hasilnya, terkadang malah membawa akibat yang lebih buruk pada pasien hingga memerlukan perawatan yang lebih sulit. Untuk itu, pasien harus menggunakan haknya untuk bertanya dan memilih dokter yang paling sesuai dengan kondisinya.


www.majalah-farmacia.com

Pertumbuhan Gigi Susu

Pada dasarnya erupsi atau keluarnya gigi susu pertama terjadi di usia 6-8 bulan. Umumnya diawali oleh keluarnya gigi seri tengah bawah, lalu secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas dan gigi seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham susu kedua. Tapi erupsinya tak sekaligus, melainkan satu per satu dan kadang ada juga yang sepasang-sepasang. Umumnya ketika anak berusia 1 tahun mempunyai 6-8 gigi susu (tapi kadang ada juga yang hanya 2 gigi walaupun tanpa disertai keluhan pertumbuhan) dan akan menjadi lengkap berjumlah 20 gigi susu (4 gigi seri atas-bawah, 2 gigi taring kanan-kiri di atas-bawah, dan 4 geraham kiri-kanan di atas-bawah) pada usia 18 bulan atau 2 tahun. Kendati erupsi gigi pertama terjadi pada usia 6-8 bulan, namun masih belum bisa dikatakan terlambat apabila di atas usia tersebut belum juga keluar gigi pertama. Karena, normalnya erupsi gigi terjadi pada usia 6-12 bulan. Lain halnya bila si anak sudah berusia lebih dari setahun tapi belum juga terjadi erupsi gigi, maka perlu diketahui penyebabnya, ini apa bila anak belum sama sekali tumbuh giginya.
Kemungkinan keterlambatan itu karena ada kelainan pertumbuhan gigi atau pertumbuhan gigi yang tak sempurna. Misalnya, anak tidak mempunyai benih gigi, sehingga ditunggu sampai usia berapa pun tak akan ada erupsi. Tentunya kelainan ini akan tetap berlanjut sampai dewasa, ia tak akan mempunyai gigi kecuali bila dibuatkan gigi susu. Tapi faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan pertumbuhan ini tidak diketahui secara pasti dan bukan diakibatkan kekurangan suatu zat tertentu. Diduga, kelainan ini hanya ada pada daerah-daerah tertentu. Ada juga ditemui kasus yang dikarenakan perkawinan, misalnya, keturunan suatu keluarga. Sementara erupsi gigi yang terjadi lebih dini juga dikatakan kelainan pertumbuhan. karena seharusnya erupsi gigi itu menurut normal perkembangannya. Jadi kalau di luar normal perkembangannya, maka dikatakan ada kelainan.
Erupsi gigi susu yang terjadi lebih dini termasuk kelainan pertumbuhan  dan perkembangan gigi. Contohnya, bayi yang pada saat lahir sudah  memiliki gigi (istilahnya gigi natal). Tumbuhnya tidak tentu, di bagian  depan atas atau bawah tapi jarang di bagian belakang. Banyaknya satu  buah. Ada juga erupsi gigi dini yang terjadi baru pada bulan pertama  setelah kelahiran (istilahnya gigi neonatal). Pada kasus keduanya, belum  tentu bayi mengalami gejala sakit tumbuh gigi.  Tapi tak semua gigi yang erupsinya lebih dini adalah betul-betul gigi dengan memiliki akar gigi. Ada juga yang bukan gigi betulan tapi semacam epitel atau tonjolan dari gusi yang keras seperti gigi tapi tak ada akarnya.  Nah, pada kasus ini mesti dilihat apakah mengganggu atau tidak. Kalau dianggap mengganggu, maka mesti dibuang. Tapi kalau tidak, ya, tak apa-apa. Yang dimaksud mengganggu, misalnya, gigi tersebut goyang karena memang belum mantap, sehingga si bayi merasa sakit dan membuatnya rewel. Tentunya kalau gigi tersebut goyang dikhawatirkan akan lepas sendiri sehingga bila tertelan oleh si bayi. Jadi, harus dicabut. Begitupun bila sang gigi membahayakan si ibu pada saat menyusui. Karena gigi tersebut tajam dan akan membahayakan puting susu karena luka gigitan.

Beberapa gejala pada anak pada saat giginya tumbuh (erupsi):

* Gatal pada gusi

Ini paling sering dialami. Rasa gatal ini membuat anak sering menggigit  benda yang dipegangnya. Untuk mengatasinya berikan biskuit bayi yang  agak keras tapi akan hancur terkena air liur, sehingga tidak  membahayakan. Atau bisa juga diberi mainan khusus bayi untuk  digigit-gigit yang aman dari zat beracun.

* Rewel

Keadaan gatal pada gusi membuat bayi merasa tak nyaman. Akibatnya bayi  yang baru tumbuh gigi hampir selalu rewel.

* Gusi tampak kemerahan

* Tidak nafsu makan

Perasaan tak enak di mulut karena tumbuh gigi bisa membuat anak malas  makan atau mengunyah. Meski demikian anak tetap harus makan.

* Demam

Biasanya tidak sampai demam tinggi. Bila demamnya cukup tinggi, bawalah  anak ke dokter untuk mengecek apakah demamnya memang disebabkan akan  tumbuh gigi atau ada penyebab lain.


GIGI TETAP

Gigi tetap pertama biasanya muncul di usia 6 tahunan. Oleh karenanya, paling baik kalau gigi susu tanggal ketika gigi tetap penggantinya sudah  teraba atau terlihat. Gigi susu harus dipertahankan karena merupakan
penuntun erupsi bagi gigi tetap. Jika gigi susu copot sebelum waktunya  gigi tetap keluar, maka gigi geligi “tetangganya” akan bergeser mengisi  sebagian kavling yang kosong. Akibatnya, gigi tetap tumbuh tidak pada
tempatnya alias berantakan. 

Oral Seks VS Kanker Mulut

Oral Seks Penyebab Kanker
Tahukah anda bahwa aktivitas oral seks bisa menyebabkan timbulnya kanker mulut? Sebuah penelitian dari The John Hopkins University School of Medicine scientists menyebutkan bahwa aktivitas oral seks merupakan salah satu cara berpindahnya human papillomavirus (HPV) yaitu virus penyebab terjadinya kanker servik dari servik ke mulut yang bisa menyebabnya munculnya kanker mulut.
Sebuah studi juga mengemukakan jumlah penderita kanker mulut setiap tahun nya semakin bertambah selama sepuluh tahun terakhir ini, bahkan melebihi penderita kanker testis dan kanker servik itu sendiri. Rata-rata penderita tersebut adalah mereka yang berusia dibawah 45 tahun dimana aktifitas seksual mereka sedang tinggi.
Pencegahan
Meski oral seks merupakan salah satu penyebab kanker mulut namun anda tak perlu terlalu khawatir, karena resiko terjangkitnya kanker mulut melalui seks oral masih terbilang rendah yaitu 1:10.000 orang. Sebaliknya rokok masih manjadi faktor utama menyebab kanker mulut disamping alkohol. Keduanya beresiko lebih tinggi 30 kali menyebabkan kanker mulut dibanding oral seks. Namun ada baiknya anda tetap waspada, tetap setia dan tidak bergant-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual merupakan cara terbaik menghindari diri anda dari kanker mulut. Cara lainnya adalah dengan terlebih dahulu memerikasaan diri anda dan pasangan ke klinik gigi dan gusi untuk melakukan tes STD atau pengecekan kesehatan mulut untuk memastikan bahwa anda atau pasangan tidak membawa virus HPV. Hal ini terutama dilakukan bagi pasangan yang hendak menikah.
Vaksinasi
Vaksinasi juga merupakan alternatif pencegahan terjangkitnya virus HPV, namun vaksinasi HPV hanya dilakukan untuk wanita terutama wanita muda, sementara bagi pria hanya bisa melakukan vaksinasi pencegahan kanker servik melalui suntikan yang dilakukan selama 6 bulan dengan biaya yang terbilang mahal.
Riwayat Seksual Pasangan
Tidak yakin dengan riwayat seksual pasangan kadang membuat anda tetap merasa tidak aman melakukan oral seks meski hasil tes menyatakan bahwa anda berdua tidak membawa virus HPV. Untuk itu tidak ada salahnya jika anda memakai pelindung atau kondom saat melakukan oral seks. Meski cara tersebut bukan cara menyenangkan bagi kehidupan seksual anda dan pasangan, namun play safe lebih baik dibanding pengobatan bukan?
Penanganan
Deteksi lebih dini terhadap kanker mulut dapat memperbesar tingkat keberhasilan pengobatan. Waspada jika terjadi luka disekitar membran mulut yang tak kunjung sembuh setelah tiga minggu, atau munculnya benjolan-benjolan kecil disekitar mulut berwarna merah dan putih. Segera hubungi dokter anda secepatnya jika anda mengalami indikasi terjangkitnya kanker pada mulut anda.

Sumber : http://www.dechacare.com

Gigi Berlubang Menyebabkan Kematian

Apakah gigi berlubang dapat menyebabkan kematian? Jawabannya adalah ya, apabila gigi tersebut tidak dirawat dan kondisi tubuh yang lemah.

Gigi yang berlubang, dapat menjadi jalan yang cukup besar bagi bakteri untuk dapat masuk ke dalam tubuh. Infeksi dari bakteri ini sebenarnya dapat dilawan karena tubuh kita memiliki sel-sel yang berperan sebagai daya tahan tubuh.

Namun, apabila daya tahan tubuh kita sedang lemah, maka infeksi bakteri akan semakin hebat. Pada tahap awal, infeksi masih terlokalisir di daerah ujung akar dari gigi yang berlubang.

Biasanya akan timbul rasa tidak nyaman atau sakit saat gigi tersebut dipakai mengunyah atau ditekan. Pada tahap ini bisa ditanggulangi dengan perawatan saluran akar gigi dan penambalan sampai penggunaan antibiotik ataupun pencabutan gigi yang terinfeksi.

Bila tidak dirawat, infeksi akan menyebar ke daerah sekitar mulut seperti pipi dan leher. Kondisi ini dapat dikatakan cukup serius, dan mengharuskan penderita untuk dilakukan pembedahan pada daerah infeksi untuk mengeluarkan nanahnya jika kondisinya memungkinkan. Penderita juga diterapi menggunakan obat-obatan antibiotik.

Bila kondisi cukup parah, penderita juga diharuskan untuk dirawat inap di rumah sakit. Dan ada resiko terjadinya kematian jika kondisi pasien sangat lemah, disertai komplikasi penyakit lain ataupun perawatan yang kurang intensif. Gambar di atas adalah gambar dari infeksi dari gigi yang sudah menyebar ke daerah pipi.

Pada beberapa kasus, infeksi yang terjadi cukup hebat dan berlangsung cepat. Infeksi dapat menyebar ke daerah lain yang cukup vital yaitu ke daerah dada dan kepala. Kondisi ini sudah sangat serius dan memerlukan perawatan rumah sakit yang sangat intensif. Pada kondisi ini, khususnya infeksi ke daerah kepala, resiko kematiannya lebih besar lagi.

Dulu cukup banyak kasus kematian akibat infeksi dari gigi yang tidak ditangani dengan baik termasuk di Indonesia. Sekarang, biasanya infeksi ini sudah ditangani sejak tahap awal sehingga resiko penyebaran infeksi dan kematian dapat dihindari.

Sebenarnya untuk menghindari kematian akibat infeksi dari gigi sangatlah mudah. Cukup dengan menyikat gigi dengan baik, benar dan waktunya tepat serta rutin untuk memeriksa kondisi gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management